Suatu hari aku pergi belanja ke department store untuk beli.... celana dalam a.k.a CD. Saat itu persediaan CD ku sudah menipis, bukan dalam hal jumlah, tapi dalam hal kualitas. Sebenarnya jumlahnya masih sangat cukup, tapi sebagian besar sudah nggak layak pakai karena sudah pada bolong-bolong dan melar. Saat pilah-pilih, aku berpikir sendiri: beli yang mahal tapi sedikit atau beli yang murah tapi dapat banyak...?
Hmmm....
Sejak jadi anak kosan dan tinggal sendiri, aku dituntut untuk lebih jeli dalam mengurus diri, terlebih untuk hal-hal dasar yang kelihatannya remeh temeh yang sering aku lakukan bersama Ibu, salah satunya adalah urusan membeli pakaian dalam. Selama 19 tahun hidup bersama orangtua, segala bentuk urusan "dalam negeri" tersebut selalu aku lakukan dengan Ibu. Tidak hanya aku tapi juga Ayah dan seluruh saudara-saudaraku, kami menyerahkan semuanya pada Ibu. Karena biasa didampingi, pertama kali merasa kekurangan CD aku jadi panik. Pertama, aku tidak tahu harus pergi ke mana untuk membeli CD yang serupa dengan punyaku sekarang, dan yang kedua aku tidak paham memilih CD yang baik itu seperti apa, karena biasanya sudah nyaman dan
default dengan apa yang selama ini Ibu pilihkan. Jadilah pertama kali membeli CD sendiri, aku membeli yang
bentuknya sama persis dengan yang aku punya selama ini. Harganya murah meriah, namun sayangnya 2 bulan kemudian sudah melar dan menipis. Oh... Tidak...
Perlahan-lahan aku
research ke tempat-tempat di mana kira-kira aku bisa membeli CD. Beruntungnya ada seorang teman di kostan dengan selera berpakaian yang OK mengajak untuk menemani membeli CD. Dari dia aku belajar (walaupun tanpa didikte secara langsung) cara memilih CD yang baik. Bukannya apa-apa, sebagai perempuan kita harus sangat jeli dan teliti dalam membeli CD karena tugasnya CD itu adalah melindungi daerah paling sensitif. Jadi harus terbuat dari bahan yang menyerap keringat, tidak berkaret ketat, dan nyaman.
Akhirnya...
Aku temukan juga CD yang sesuai dengan kriteria yang baik, tapi... harganya memang lebih tinggi. Sebagai perbandingan, 4 lembar CD yang kubeli setara dengan 1 lusin CD "2 bulan habis". Hampir 3 kali lipatnya. Tapi ya itu tadi, kalau mengutip dari Mba
Trinity Traveler;
quality comes with the price (ada harga ada mutu). Dengan harga 3 kali lipat, CD yang kali ini berusia hampir 1 tahun masih layak pakai.
Selain itu juga yang tidak kalah penting, dengan membeli barang-barang dengan kualitas bagus kita juga ikut berperan mengurangi sampah. Kenapa? Ya itu tadi, dengan membeli barang "2 bulan habis", mau tidak mau kita harus buang lagi dan beli lagi, buang lagi dan beli lagi, dan begitu seterusnya. Sialnya kalau masih membeli barang yang sama, ya siklusnya akan terus berputar. Coba deh kalau kita rela membayar sedikit lebih di awal, tentu "siklus 2 bulan" itu tidak perlu terjadi. Dan jika dihitung secara ekonomi, pasti "beli mahal sedikit diawal" akan jauh lebih hemat daripada "mengeluarkan duit berulang kali untuk membeli barang yang sama".
Jadi
readers, untuk mendapatkan sesuatu dengan kualitas yang baik tentu ada harganya. Selama harganya masih wajar dan kualitas yang ditawarkan memang baik,
why not? Tapi... Ada saatnya dimana kita tidak punya pilihan untuk membeli, dan juga tidak semua barang murah itu tidak berkualitas lho.
It all depends on your circumstances and your preference.
For me, I would rather save my money for qualified stuff than waste my money for disposable one ~