Laman


Sunday, March 4, 2012

Travel Santai Ke Yogyakarta (Part 2)

Setelah mengistirahatkan badan di kasur yang empuk, siangnya kami memulai petualangan (Dora The Explorer nkali) di Kota Gudeg Yogyakarta ini. Pertama dan utama sekali, kami juga bingung mau jalan kemana, secara hari pertama gitu loh. Lalu kami tanya-tanya pada resepsionis hotel mengenai tempat wisata terdekat di sekitar Jalan Malioboro. Singkat cerita, berdasarkan saran dari mbak resepsionis tersebut kami memutuskan untuk jalan ke Pasar Beringharjo dan Keraton Yogyakarta.

Pasar Beringharjo terletak di Jalan Maliboro. Pasar ini banyak menjual aneka pakaian berbahan dasar batik, mulai dari daster, kaos, taplak meja, dan sebagainya. Waktu kami sampai disana pasarnya masih sepi, padahal sudah cukup siang lho. Dan masih banyak kios yang belum buka. Ya sudah deh... Jadi kami cuma lihat-lihat aja, ngga beli apa-apa. Tata letak kios di pasarnya cukup teratur, tapi yah... ngga bersih-bersih banget juga.






Setelah dari Pasar Beringharjo, kami melanjutkan perjalanan ke Keraton Yogyakarta. Di tengah perjalanan, kami mampir dulu ke Museum Benteng Vredeburg. Letaknya ngga jauh dari Pasar Beringharjo. Masuk museumnya sih bayar, tapi karena Museum Vredeburg ini out of planning, jadi kami cuma sampai di gerbangnya saja. Lalu.... Foto-foto deh, he he he...






Hari semakin siang dan panas matahari semakin terik, kami mulai merasa lapar (dari subuh di stasuin belum sarapan apa-apa lho). Kami memutuskan melipir dulu mencari gudeg untuk brunch di Jalan Wijilan. Jalan Wijilan ini terkenal sebagai sentralnya gudeg, kemudian kami memutuskan untuk masuk ke salah satu restoran (yah, bisa dibilang restoran) yang cukup banyak pengunjungnya (biasanya sih banyak pengunjung itu kalau bukan karena enak, ya berarti karena harganya terjangkau, he he he)
Ini pengalaman pertama saya makan gudeg, lho. Jadi, yah... Ternyata pengunjung-pengunjung tadi menipu kami. Sudah harganya nggak murah (Nasi + gudeg + 2 potong tahu  = 11 ribu), dan rasanya waduh.. Muaniiis buanget... 




Rp. 11.000
Setelah perut terisi, kami lanjut jalan ke Keraton Yogyakarta. Nah, Keraton ini dulunya merupakan tempat tinggal keluarga Sultan Yogyakarta dan tempat diadakannya perayaan dan pesta keluarga Keraton seperti kenduri, penyambutan tamu-tamu negara, hingga tamu-tamu internasional. Tiket masuk Keraton adalah Rp. 5.000 dan charge Rp. 1.000 bagi setiap unit kamera yang dibawa untuk memotret (baik kamera ponsel dan kamera lainnya).

Nah, supaya afdol, mengelilingi Keraton ini sebaiknya didampingi oleh seorang guide. Wisatawan lokal biasanya ditemani oleh seorang bapak guide yang juga abdi dalem (kurang lebih seperti orang yang bekerja pada keluarga Keraton, kalau ngga salah ya), dan wisatawan asing ditemani oleh mbak-mbak atau ibu-ibu yang bukan abdi dalem. Beruntung kami waktu itu didampingi oleh seorang bapak abdi dalem yang sangat ramah dan cap cis cus banget. Beliau mengajak keliling-keliling Keraton dan nggak henti-hentinya bercerita panjang lebar mulai dari sejarah Keraton hingga silsilah Sultan Hamengkubuwono. Jadi tau kalau Pangeran Diponegoro itu ternyata keturunan Sultan dan pada masa lalu ada Sultan yang memiliki 27 istri! Wew...




Mendengarkan penjelasan bapak guide dengan khidmad
Pertunjukan Karawitan 
Setelah puas (puyeng dan pegel mengelilingi Keraton), kami kembali ke hotel. Karena merasa tenaga kami nggak cukup untuk jalan kaki ke hotel, kami memutuskan untuk pulang naik andong. Dari Keraton ke hotel di Jalan Sosrowijayan, ongkosnya Rp. 20.000 untuk 3 orang. Lumayan...


Wah.. Semilir angin saat naik andong bikin mata jadi mengantuk.


To be continued ~~~

Saturday, March 3, 2012

Travel Santai Ke Yogyakarta (Part 1)

Hello Readers! Ini adalah postingan pertama pada blog pertamaku. Berawal dari rencana liburan ke Yogyakarta bersama dua orang teman, kemudian aku berniat jika trip-nya sukses maka akan diceritakan dalam sebuah blog. Dan inilah dia..!!!! (tepok tangan prok...prok...prok...)

Hal pertama yang kami lakukan adalah browsing-browsing di internet mengenai tempat-tempat wisata dan akomodasi yang terdapat di kota tujuan, yaitu Yogyakarta. Ternyata sangat sangat banyak sekali blog maupun artikel lepas yang menuliskan tentang perjalanan wista ke Yogyakarta. Dari sekian banyak informasi tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton Yogya, dan mengunjungi kota Solo.

Untuk transportasi, dari Jakarta kami berangkat naik kereta api kelas bisnis Senja Utama Jogja dari Stasiun Pasar Senen. Berangkatnya jam 19.30 dan sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta jam 04.45 esok harinya. Nah, untuk tiket kereta api sebaiknya dipesan minimal 7 hari sebelum keberangkatan karena semakin mendekati hari keberangkatan, khawatirnya tiket kereta api sudah ludes duluan. 


Tiket kereta api (kelas bisnis dan eksekutif) sekarang tidak harus dibeli di stasiun keberangkatan, lho. Waktu itu saya disarankan oleh seorang teman untuk memesan lewat gerai Indomaret, dan ternyata berhasil. Jadilah saya sekaligus memesan tiket pulang-pergi Ps. Senen-Yogyakarta-Ps. Senen. Harga tiket berangkatnya Rp. 145.000 dan tiket pulangnya seharga Rp. 135.000. Ditambah charge Rp. 7.500 untuk setiap rute (lumayan lah, daripada bolak balik ke Stasiun Ps. Senen-nya)

Eng ing eng....!!!!
Stasiun Tugu di Subuh Hari
Akhirnya sampailah kami di Kota Gudeg Yogyakarta. Karena pagi itu hari masih belum terang (sekitar jam 05.00) kami sholat Subuh dulu di mushola Stasiun Tugu. Setelah itu kami meninggalkan stasiun, setelah sempat tanya-tanya ke Pusat Informasi yang ada di stasiun. 
Stasiun Tugu Yogyakarta ternyata berada di pusat kota Yogyakarta, tinggal menyeberangi rel kereta api, sampai deh di Jalan Malioboro yang tersohor itu. Pagi itu jalanan masih sepi, hanya ada beberapa tukang becak yang amat sangat ramah kepada kami: "Ayo mbak, cari penginapan?? Murah, murah. Dianter cuma 5000. Ayo, mau ke mana?" (logat medho').
Wesh, bapak-bapak ini (bukan abang-abang lho, karena mayoritas memang tergolong tuwir) sudah fasih sekali rupanya dengan wajah-wajah pendatang x) x)

                                

Berdasarkan informasi yang kami dapat dari browsing-browsing yang lalu, tujuan pertama kami untuk tempat menginap adalah kawasan Sosrowijayan. Nah, ternyata benar, Jalan Sosrowijayan terletak di sisi Jalan Malioboro dan disana memang banyak terdapat penginapan bagi wisatawan. Setelah menerima tawaran dari seorang bapak tukang becak, kami memutuskan untuk menginap di Hotel Merbabu. Hotelnya bersih dan harganya... Lumayan terjangkau deh. Tarif dasar kamar dengan 2 single-bed, televisi, AC, kamar mandi ber-pemanas air, dan breakfast ini adalah Rp, 270.000. Namun karena kami ber-tiga, kena charge extra person sebesar Rp. 40.000 per orang per-malam. Jadi harga per-malamnya adalah Rp. 310.000 untuk 3 orang. Di kali 3 malam, jadinya masing-masing kena Rp. 310.000. Lumayan banget, khan ??




Setelah sampai di kamar, tanpa ragu kami langsung menghambur ke atas kasur. Pinggang cenat cenut dan pantat serasa tepos setelah kelamaan duduk di dalam kereta. Fiuh...

To be continued ~~~