Laman


Monday, February 18, 2013

India Trip (Part 4: Khajuraho)

(20 Jan 2013)
Kereta yang membawa kami dari Stasiun Agra tiba di Khajuraho jam 06.30 pagi yang masih gelap dan berkabut karena matahari belum bersinar. Seperti di stasiun sebelumnya, kami menitip backpack di cloack room yang sudah ramai dikerumuni turis. Sayangnya cloack room baru buka jam 07.30, jadi kami harus menunggu di stasiun yang sepi ini sambil minum chai untuk menghangatkan badan. Setelah penitipan barang di cloack room beres, kami segera keluar stasiun mencari angkutan untuk menuju hostel. Ternyata keadaan di luar dan di dalam stasiun nggak jauh beda: sepi. Hanya kelihatan beberapa auto dan taksi berwarna putih. Akhirnya setelah tawar-menawar dengan auto wala, kami naik auto menuju hostel yang jaraknya lumayan jauh melewati jalanan besar yang sepi. Hanya beberapa kendaraan yang melintas dan segelintir orang yang tampak di pinggiran jalan. Sampai di hostel, kami bersih-bersih dan istirahat sebentar lalu sarapan roti dan chai di balkon hotel sambil mandi matahari yang aduhai rasanya nikmaaat sekali (efek kelaparan di musim dingin). Baru kali ini aku merasakan nikmatnya mandi matahari setelah terpapar udara yang dinginnya serasa menusuk tulang dan mencengkram batang otak. Aku jadi semakin bersyukur tinggal di garis khatulistiwa sehingga bisa menikmati hangatnya sinar matahari sepanjang tahun.

Sehabis sarapan kami langsung mengunjungi Khajuraho Temple, atau dikenal juga dengan Candi Kamasutra. Kenapa Kamasutra? Karena bangunan candi ini memiliki relief yang tidak biasa, yaitu aneka pose hubungan intim yang menjadi asal muasal Kamasutra, seni bercinta tingkat tinggi yang berasal dari India. Konon katanya, relief yang terdapat pada dinding candi ini tidak dipahat oleh tangan manusia, melainkan keluar dari batu dengan sendirinya. Sebagian orang juga memercayai bahwa kita dapat menemukan kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan dengan bercinta seperti yang ditunjukkan oleh Kamasutra. Kompleks ini terdiri dari beberapa candi yang bentuk dan ukurannya hampir serupa, tapi belum tentu dengan reliefnya. Beberapa Candi tampak sedang dalam tahap pemugaran, dan karena merupakan candi Hindu, di dalam Candi juga terdapat patung dewa yang disucikan oleh pemeluk Hindu.

Khajuraho Temple sebagai salah satu situs budaya yang diakui UNESCO

Salah satu Candi Khajuraho a.k.a Candi Kamasutra

Zoom in relief dinding Candi

Tampak Candi dari sudut lain

Say cheers!!! Indian boys playing cricket outside Khajuraho Temple

Setelah puas mengelilingi Candi Kamasutra, kami mengunjung Jain Temple, candi pemeluk agama Jain yang jaraknya sekitar 15 menit jalan kaki dari Candi Kamasutra. FYI, di kota Khajuraho terdapat banyak sekali candi-candi Hindu, jadi kita bisa memilih mau mengunjungi yang mana saja. Yang ramai dikunjungi itu biasanya yang berstatus "UNESCO World Heritage" seperti Candi Kamasutra, atau yang di-maintain oleh "Archaeological Survey of India".

Jain Temple

Inside Jain Temple
Candi terakhir yang kami kunjungi..... aku lupa apa namanya (maap yahh, lupa selupa-lupanya, karena nggak ada tulisan dan fotonya juga sedikit). Di sini aku mulai error karena ternyata jalannya jauuh sekali dan hanya kami yang tampak walking like an asshole saking tidak adanya (turis) pejalan kaki selain kami. Usut punya usut, ternyata di pasar dekat Candi Khajuraho tadi ada penyewaan sepeda, jadi para turis yang ingin mengunjungi candi yang agak jauh bisa menggunaakan sepeda. Pantas saja dari tadi aku perhatikan banyak sekali pasukan turis bule dan (lagi-lagi) turis Asia lalu lalang menggenjot sepeda dengan santainya, huuuh... *kesal sama diri sendiri*

Taman di Candi terakhir yang kami kunjungi

Walaupun matahari bersinar terang seperti ini, suhu dinginnya tetap bikin menggigil lho

Taking pix while walking like an asshole

Indian fabric shop in India
Kembali ke hotel, kami mengistirahatkan kaki yang sudah pegal nggak karuan. Sambil tiduran kami putar-putar channel TV, dan fakta yang kami temukan adalah: ada lebih dari 100 channel TV India (lokal dan nasional) yang tayang hanya dengan antena manual. Acaranya pun beragam, mulai dari berita berbahasa Hindi dan Inggris, MTV India, siaran video klip lagu (India) terbaru, discovery channel, rerun film Hollywood (waktu itu sedang tayang film Karate Kid yang di-dubbing bahasa Hindi *silahkan dibayangkan Jackie Chan ngomong dengan bahasa Hindi*), dan tentu saja drama Bollywood. Waktu itu kami nonton drama komedi Bollywood yang ceritanya kira-kira begini:
Adalah seorang pria berwajah sendu penggemar Shah Rukh Khan (SRK) yang sangat terobsesi menjadi artis. Pekerjaannya sehari-hari adalah talent figuran nggak penting, tapi dia bangga sekali dengan pekerjaannya itu hingga membual kepada orang sekampung kalau dia akan main bareng SRK di film terbarunya. Anehnya orang-orang sekampungnya percaya dan mulai berbaik hati (nyogok) si pria berwajah sendu ini supaya bisa bertemu dan foto bareng SRK dengan memberi uang, makanan, pakaian, sepatu, potong rambut gratis, hingga scooter, yang penting bisa ketemu SRK di tempat syuting. Singkat cerita, datanglah pasukan satu kampung ini ke lokasi syuting film terbaru SRK yang berlokasi di sebuah taman luas yang ada komedi putarnya. Tak disangka lokasi syuting ini sudah penuh dengan lautan manusia yang datang entah dari mana dengan tujuan yang sama: melihat idola mereka SRK dari dekat. SRK sendiri memang jadi cameo di film ini bersama dengan Kareena Kapoor dan aktris-aktris India lainnya yang sibuk menari-nari dan menyanyi dibawah arahan sutradara. Nah, kemana si pria berwajah sendu tadi? Ternyata dia hanya jadi figuran yang tugasnya duduk manis di dalam komedi putar yang teruuuus saja berputar tanpa henti karena adegan SRK dan polisi gendut yang diulang-ulang. Saking ramaaainya "orang nonton syuting", pohon-pohon berdaun rimbun di pinggiran taman berubah jadi pohon berdaun manusia yang berakhir dengan.... KRAAAKK....!!! Tumbangnya pohon-pohon malang itu karena tidak kuat menahan guncangan sorak-sorai manusia diatasnya saat melihat SRK beraksi. Sutradara film pun marah besar dan aku tidak kuat menahan sakit perut karena tertawa. India... oh India...
Sore hari kami check out hotel dan berjalan menuju pasar untuk mengisi perut bekal perjalanan di kereta malam nanti. Di sini kami makan di restoran sederhana yang dimiliki sebuah keluarga yang menyajikan roti terbaik yang aku makan selama perjalananku di India. Rotinya lembut, karinya kental, dan acarnya segar. Dan dari penyajiannya (yang dihidangkan oleh anak laki-laki kecil lucu pemilik restoran), kelihatan sekali ini adalah truly Indian home food, bukan tipe makanan yang dimasak untuk dijual seperti di restoran kebanyakan.

Kami naik auto menuju stasiun melewati jalan sepi seperti yang kami lalui tadi pagi. Bedanya, kali ini sudah mulai gelap dan dinginnya angin sampai bikin aku menguap-nguap nggak karuan *aneh juga yah*. Sampai di stasiun kami mengambil backpack di cloack room lalu seperti biasa, menuju ruang tunggu stasiun. Ternyata eh ternyata.... Di ruang tunggu sudah menghampar turis-turis yang tadi pagi naik kereta yang sama dari Agra (dan juga kami temui juga di Candi Kamasutra) dan hampir semua wajahnya kami kenali, terutama turis-turis pria asal Korea Selatan lengkap dengan topi, kacamata besar, aneka gadget, chargerheadset, dan penampilan nyentriknya (nanti akan aku bahas tersendiri tentang turis-turis yang kutemui selama di India). Jadilah selama 4 jam menunggu di ruang tunggu ini, aku serasa berada di Korea. 20 menit sebelum keberangkatan kereta tujuan Varanasi, satu per satu mereka mulai meninggalkan ruang tunggu. Aku mulai curiga, jangan-jangan semua turis di sini tujuannya juga ke Varanasi. Saat kami melangkah keluar dan menemukan coach kami... voila... this is it!!!(*Farah Quinn mode on): semua orang di ruang tunggu tadi kini berkumpul kembali di gerbong yang sama.

Korean tourists in India

Korean tourists in India (again)

No comments:

Post a Comment