Laman


Wednesday, March 13, 2013

India Trip (Part 7: Amritsar 2)

(continuation on 24 Jan 2013)
Pulang dari menyaksikan upacara penurunan bendera di perbatasan India-Pakistan di Attari Border, kami kembali ke pusat kota Amritsar yang berjarak 30 km dengan bus umum yang padat seperti yang kami naiki saat menuju Attari. Langit sudah gelap sempurna saat kami sampai di Stasiun Kereta Api Amritsar untuk mengambil backpack di cloack room. Tujuan berikutnya adalah mencari penginapan di dekat Golden Temple. Saat sebelum berangkat ke India, kami memang tidak membooking penginapan di kota Amritsar karena berdasarkan banyak informasi yang beredar, Golden Temple menyediakan tempat penginapan gratis bagi turis atau pengunjung dengan syarat memperlihatkan paspor atau tanda pengenal. Tapi sayangnya, kami tidak menyangka akan terjebak dimalam hari seperti ini. Jadilah dari stasiun kami menuju kawasan Golden Temple menggunakan rickshaw membelah jalanan Amritsar yang crowded di malam hari.

Sampai di Golden Temple, aku mulai kaget dengan ramainya orang lalu lalang mengenakan turban. Jika tidak mengenakan turban, bisa dipastikan mengenakan kain penutup kepala. Hal ini dikarenakan setiap orang tanpa terkecuali harus menghormati Golden Temple sebagai tempat peribadatan suci pemeluk Sikh dengan menutup kepala dan mengenakan pakaian tertutup. Turun dari rickshaw kami disambut dengan orang-orang yang menawarkan penutup kepala dan jasa hotel, tapi kami terus jalan sampai ke dalam komplek hingga ke sebuah bangunan bernama Shri Guru Ramdas Niwas, tempat penginapan gratis di komplek temple untuk pengujung dan peziarah. Kami masuk dan menanyakan bagaimana prosedur untuk menginap. Petugasnya yang bapak-bapak Sikh berbadan besar dengan kumis melengkung khas Inspector Veejay membuatku sedikit takut, hihihi... Tapi tenang saja, biar mayoritas bapak-bapaknya kelihatan sangar begitu, mereka berada di komplek Golden Temple ini untuk mengabdi dan menjalankan tugas melayani peziarah dan pengunjung.

Ia menggiring kami naik sebuah ruangan luas di lantai 2 yang penuh dengan locker besi dan lantai yang beralas karpet tebal berwarna hijau yang bersih. Tampak di ujung ruang sana, 3 orang tengah leyeh-leyeh dibalik selimut asyik mengobrol.Lalu Bapak Inspector Veejay berkata, "Kalian bisa menginap di sini dan simpan barang-barang kalian di locker ini".

Whatt??? Aku dan Nurul saling berpandangan. "Maksud kami, kami ingin tidur di satu kamar, bukan di tempat ini", aku menjelaskan. Ia menjawab, "Hmm... Tempat itu sudah penuh, yang tersisa hanya ruangan ini". Aku mencoba menawar sambil sedikit memelas, "Tolonglah, kami baru saja mengalami perjalanan jauh. Apa tidak ada tempat lain untuk menginap di komplek ini?". Ia menjawab pendek, "Nei.. Nei.. Nei... " tidak lupa gelengan kepalanya yang khas.

Selama sepersekian detik batin kami saling berdiskusi, kemudian mengambil keputusan walk out dari penginapan ini dan berjalan ke pasar di luar komplek Golden Temple yang ternyata penuh dengan penginapan. Kami memasuki satu penginapan yang dari luar tampak lumayan oke. Tanpa pikir panjang kami setuju dengan harga Rs.1000 (sekitar Rp200.000) yang tergolong mahal untuk ukuran backpacker seperti kami. Tapi apa boleh buat, badan kami sudah lelah semua. Tidak lupa sebelum tidur, kami mencari makan karena perut kami sudah tidak kuat dihadang dinginnya angin malam Amritsar.

(25 Jan 2013)
Hari ini kami bangun pagi sekali karena ingin mengikuti kegiatan do'a pagi pemeluk Sikh di Golden Temple. Jam 5 subuh kami sudah sampai di pelataran Golden Temple tanpa mengenakan alas kaki. Ya,  memang begitu peraturannya jika ingin memasuki tempat-tempat suci, alas kaki harus dilepas. Kami berjalan dengan cepat karena tidak ingin merasakan dinginnya gigitan lantai marmer berlama-lama. Karena hari masih gelap, kami menyaksikan terangnya cahaya keemasan yang menerangi bangunan utama Golden Temple yang terletak di tengah-tengah danau buatan. Konon kabarnya warna kuning pada bangunan ini terbuat dari emas asli, karena itu dinamakan Golden Temple. Kami ikut mengantri untuk masuk bersama dengan barisan panjang peziarah. Oh iya, sebelum masuk antrian masuk temple kami sempat membeli 1 pinggan dedaunan yang disediakan untuk memanjatkan do'a di dalam temple nanti. Satu hal unik yang aku amati, sebelum melewati pintu masuk, setiap pengunjung selalu menyentuh lantai dasar pintu sambil setengah sujud dilanjutkan dengan mencium ujung tangan. Ternyata, beginilah cara yang dilakukan untuk menghormati tempat ziarah ini. Tidak peduli Hindu, Jain, bahkan Muslim turut melakukan penghormatan ini. Aku yang baru melihat praktik seperti ini, dengan kikuk juga ikut menyentuh lantai dasar pintu sebagai bentuk penghormatanku. Kemudian kami mengantri di lorong masuk yang terdapat garis pemisah antara laki-laki dan perempuan. Tidak lama mengantri, tiba-tiba semua peziarah yang mengantri di lorong serentak duduk bersila. Lalu dari dalam temple terdengar lantunan do'a-do'a berbahasa Punjab dengan irama dan iringan musik yang syahdu. Semua peziarah tampak tertunduk berdoa. Aku juga ikut berdoa sesuai dengan kepercayaanku.

Setelah sekitar 10 menit, barisan peziarah mulai maju perlahan masuk ke dalam temple. Ruangan utama di dalam temple ini merupakan tempat pria-pria berturban melantunkan do'a yang dilengkapi dengan alat musik petik, akordion, dan gendang. Masing-masing pelantun do'a duduk melingkari sebuah peti yang ditinggikan, dan dibelakangnya ada yang memegang tongkat kipas bulu merak yang bertugas mengipasi sang pelantun tersebut (walaupun saat itu dinginnya subuh bikin menggigil). Satu hal lagi yang kuamati, tempat ini sangat bersih dan beraroma wangi seperti aroma parfum-parfum arab. Setelah berhenti sejenak dan berdo'a, kami naik ke lantai 2 yang penuh dengan ibu-ibu. Di lantai ini terdapat pigura-pigura bergambar Guru dalam agama Sikh. Keluar dari bangunan utama, kami disambut oleh seorang bapak yang membagikan segenggam nasi hangat lunak yang rasanya manis. Makanan ini diberikan di depan pintu keluar temple langsung ke telapak tangan seluruh peziarah.

Karena langit sudah kelihatan cerah, kami lalu mengelilingi temple yang pagi itu sangat ramai. Kami bahkan sempat bertemu kembali dengan 3 orang turis barat yang kemarin kami jumpai di Attari Border. Puas mengelilingi temple, kami memilih untuk put our ass di pelataran temple yang beralaskan karpet sambil sunbathing dan mengamati orang-orang sekitar: ada yang berlalu-lalang, berdoa, dan beberapa keluarga yang juga sedang duduk-duduk menikmati hangatnya sinar matahari.

Gerbang masuk Golden Temple

Golden Temple

Golden Temple di pagi hari

Salah satu puncak kubah di sisi Golden Temple

Tempat pengambilan perlengkapan untuk berdoa di dalam temple

Lantunan do'a ditampilkan lewat display raksasa ini

Salah satu Gurudwara dalam komplek Golden Temple

Sekumpulan keluarga duduk-duduk di pelataran yang beralaskan karpet

Salah satu Gurudwara

Petugas keamanan siap berjaga dengan tongkatnya yang berujung runcing

Setelah sun power memenuhi baterai di dalam tubuh, tibalah saatnya untuk sarapan. Ini yang paling aku tunggu-tunggu, karena di area komplek temple tersedia Langgar, dapur umum super besar yang menyediakan makanan gratis bagi pengunjung Golden Temple. Tidak peduli kaya, miskin, turis, gembel, Hindu, Muslim, semua boleh makan di sini. 

Aturannya begini: saat masuk kita mendapatkan piring dan sendok, lalu berjalan sedikit dan mendapatkan wadah berisi air minum yang semuanya berbahan aluminium. Kemudian kita melangkah masuk ke ruang makan dan duduk manis di atas karpet panjang yang sudah dibentang lurus seperti barisan shaf saat mau shalat. Baru saja duduk, pemuda-pemuda pembagi makanan akan langsung menyerbu dan mulai mengisi piring kosong kita: dimulai dengan dhaal, lalu curry, kemudian curd, dan nasi kuning manis. Terakhir datanglah chapatti hangat, yang porsi standarnya 2 tangkup chapatti untuk 1 orang. Jika ditengah-tengah makan ingin tambah, kita tinggal menengadahkan kedua tangan dan pemuda pembawa makanan akan langsung mendatangi. Kami makan dengan lahap dan cepat, karena pengunjung terus masuk dan masuk (jadi kami harus tau diri juga, hehehe). Waktu makan yang terburu-buru membuat kami tidak sempat untuk memotret free breakfast yang lezaatt itu. Ditambah lagi, hanya kamilah turis yang makan pada saat itu membuat kami jadi sedikit jaim. 

Kami keluar Golden Temple dengan perut kenyang dan hati yang senang. Kemudian kami memutuskan untuk beristirahat kembali di kamar. Jam 12 siang kami check out hotel, lalu mengelilingi pasar yang ternyata saat itu sedang ada pawai siswa sekolah Sikh yang imut dan ganteng-ganteng dengan truban khasnya. Pawai dimulai dari halaman kompleks Golden Temple, yang dihiasi dengan tali dan rumbai-rumbai kertas disepanjang jalannya. Setelah makan siang di sebuah warung makan, kami menuju stasiun untuk kembali ke New Delhi dengan kereta jam 3.00 sore. Kami sampai di New Delhi jam sekitar 11.00 malam, dan langsung  naik auto menuju hostel untuk beristirahat.

Pawai siswa sekolah 

Pelataran Golden Temple yang meriah

Barisan siswi di depan tempat menginap Shri Guru Ramdas Niwas

Kereta yang membawa kembali ke New Delhi

1 comment: