Laman


Tuesday, February 11, 2014

Malaysia Trip: Part 3

Continuation from here

(1 Februari 2014)
Hari ini adalah hari efektif terakhir di Kuala Lumpur yang berdasarkan rencana awal, kami ingin naik ke Skybridge Petronas Twin Tower. Namun karena kaki yang sudah cenat-cenut dan mengingat untuk naik ke Skybridge itu harus mengantri tiket mulai dari jam 6 subuh (menurut banyak cerita2 di blog), rencana tersebut kami urungkan dan sehabis subuh kami kembali melanjutkan tidur. Zzzzzzz....

bagun tidur sarapan ini... :) :)

Sebenarnya mommy dan aunty punya rencana lain, yaitu ziarah ke makam kakek mereka yang terletak di daerah Kajang, sekitar 30 menit dari Kuala Lumpur. Jadi ceritanya begini, aunty dan mommy adalah saudara sepupu kandung: ibunya mommy-ku kakak-beradik dengan ayahnya aunty. Konon, sang kakek dari mommy dan aunty tersebut adalah seorang Buya (seperti ulama gitu) yang mempunyai banyak isteri (kalo nggak salah ada tiga isteri). Nah, nenek dari mommy dan aunty ku ini adalah isteri ke-tiga yang waktu itu tinggal di Sumatera. Sementara itu, sang kekek buyutku tersebut juga memiliki isteri atau keluarga di Malaysia yang ia tinggali hingga akhir hayatnya (semoga nggak membingungkan ya...)

Dari hari pertama di KL kami sudah mencoba menghubungi sanak famili yang tinggal di Malaysia tersebut tapi nggak nyambung-nyambung, entah kami dapat nomor yang salah atau bagaimana. Kemudian seorang aunty yang ada di Jakarta coba melacak nomornya, eh ternyata sanak famili tersebut lagi ada di Sumatera... Ya sudah deh... Niatan mau ziarah ke makam kakek buyut jadi urung terlaksana... Akhirnya hari ini kami memutuskan untuk jalan lagi ke daerah Masjid Jamek, Pasar India, trus ujung-ujungnya tiba di KLCC, hehehe...

Kali ini kami jalan lebih santai dan aunty kembali ngajak ke Haniffa, karena katanya kemarin kita belum naik sampai ke lantai lima. Ya sudah kita naik dong dan ternyata Haniffa memang one stop shopping centre banget!! Di lantai dua sampai lima terdapat toko sabun, shampo, bedak, perhiasan, jam tangan, baju sari, tas, koper, buku tulis, alat-alat masak, lampu-lampu, handphone, peralatan bangunan, elektronik, dan semuanya rameeee banget!!!! Nggak ada bagian yang sepi, terlebih di toko perhiasan dan handphone. Aku sampai heran ini ada apa kok rame banget orang mengelilingi meja kaca panjang seperti ada orasi tukang parfum keliling, eh taunya itu meja display HP!

ready to go with Metro!!!

whatttt??!!!! I found my love in the super store!!!

selfie dulu deh... mumpung ada posternya jangan disia-siakan, hehehe...

Habis dari Haniffa kami lanjut jalan ke pasar, liat-liat kerudung Malaysia. Aku pribadi memang suka dengan style kerudung Malaysia yang simple tapi berkarakter. Sekali liat pasti kita udah tau, oh ini kerudung Malaysia nih. Setelah liat-liat di beberapa toko, akhirnya aku membeli satu kerudung seharga RM 20. Cukup mahal nih apalagi kurs Rupiah memang lagi turun banget, tapi apa daya, di Indonesia nggak ada yang jual. Sementara itu mommy dan aunty-ku nyangkut di toko kain Jakel yang super gede dan berlantai lima! Dari kliping yang ditempel di kaca luar toko disebutkan kalau Jakel ini termasuk toko kain dan karpet paling tersohor di seantero Malaysia. Nggak salah juga sih kayaknya, karena yang belanja di sini memang keliatan banget seperti nyonya-nyonya besar yang kalau keluar toko jalannya melenggang santai, tapi di belakangnya... diikuti tiga sampai lima orang karyawan toko yang ngangkatin kantong belanjaan besar-besar berwarna oranye.

salah satu toko Jakel Karpet

Sementara itu mommy dan aunty kok lamaaaa banget di dalam sana sampai-sampai daddy-ku ketiduran nungguin di lantai bawah. Akupun menyusul naik lift ke atas dan memang benar toko kain ini besar sekali dan kainnya cantik-cantik. Karyawannya rata-rata cakep-cakep, megenakan baju seragam warna cokelat, yang perempuan memakai kerudung putih, dan semuanya ramah-ramah. Aku mememukan mommy dan aunty lagi asyik tawar-menawar kain di lantai lima lalu ikut ngintilin juga, hehehe... Ternyata tadi, mommy dan aunty kenalan dengan seorang karyawan Jakel orang Indonesia, asli Minang.

shopping at Jakel 

Ia sudah tinggal di Malaysia selama 21 tahun, lulusan dari Akuntansi Universitas Andalas. Frustasi belum dapat kerja sehabis kuliah, ia ditawari oleh saudaranya yang tinggal di Malaysia untuk merantau dan cari kerja di KL. Sampai di KL ia menjadi karyawan di perusahaan apaa gitu, tapi gajinya gede banget, kalau dirupiahkan waktu itu hampir 5 juta per bulan! Ia lalu menikah dengan pria asal Pakistan, lalu mengandung, dan keluar dari perusahaan tersebut karena sering bolos karena hamil berat. Setelah melahirkan barulah ia mulai bekerja di Jakel.

Mommy-ku tanya, berapa gajinya di Jakel. Ia jawab, untuk gaji pokok itu sebesar RM 1700, namun belum termasuk uang harian, tunjangan-tunjangan lain, dan kalo pelanggan yang kita tangani belanja sampai RM 100 dapat lagi bonus 10% (silahkan dihitung sendiri dengan kurs Rp 3600). Aku langsung ternganga WHATT!!! Nggak heran banyak banget orang yang ingin mengadu peruntungan di Malaysia, nggak hanya orang Indonesia aja, tapi orang India dan Asia Tenggara lainnya juga beramai-ramai datang untuk bekerja di sini. Di hotel tempat aunty-ku menginap saja waktu minta menyalakan TV karyawan cewenya nggak bisa bahasa Melayu, hanya bisa bahasa Inggris. Eh ternyata ia karyawan baru asal Vietnam atau Thailand gitu.

Sehabis belanja-belanji kami jalan ke Masjid Jamek. Makan, sholat, dan istirahat sebentar, lalu naik metro ke KLCC. Seperti biasa kalo sudah di mall palingan windows shopping, trus keluar dan foto lagi dengan Menara Kembar, duduk-duduk di taman KLCC sambil ngeliatin orang-orang piknik dan jogging di taman, trus mikir-mikir... di Jakarta kok nggak ada taman yang nyaman kayak gini yah... iri banget...

happy faces after shopping ^-^


makan siang



ini aku yang photo

trus minta tolong buat difotoin berempat, tapi kenapa jadinya berlimaaa... -_-

Hari mulai gelap dan kami foto lagi dengan menara kembar yang berlampu, tapi sayang karena baterai sudah low dan setelan kameranya kurang pas, fotonya jadi blurd semua, heheheh....

take 1: lumayan nih.. tapi... sepertinya ada penampakan Lord Voldemort lol

take 2:  blur, tangan masih gemeteran

take 3: nah.. ini lumayan deh...

take 4: minta tolong sama abang2 Chinese, blurrd 

take 5: masih dengan abang2 yang sama, semakin blurrdd

take 6: kamera disetel ulang, masih blurd jugaa

take 7: lumayan cakep.... eh tapi... itu di sebelah kanan ada tangan siapaaa??? 

Tepat jam 8 kami menonton atraksi air mancur menari di KLCC yang keren bangeeeettt. Semburan air mancur yang berwarna-warni karena lampu laser ini menari-nari mengikuti musik orkestra yang dimainkan seperti di film-film Disney. Orang-orang tumpah ruah menonton sambil merekam video dan foto-foto. Aku sendiri yang awalnya hanya niat foto-foto saat melihat air mancur belum sadar kalau inilah dia fountain show yang kubaca di beberapa blog kemarin, saat mendengar musiknya langsung memutar video mode di kamera dan merekamnya. Ntar kalo sempat kucoba upload di youtube deh.

Setelah pertunjukan air mancur selesai, kami kembali pulang dengan menaiki Bus GO KL yang gratis. Sempat kutanya ke supirnya apakah bus ini lewat Bukit Bintang atau tidak tapi jawabannya rada nggak jelas gitu, untung ada beberapa orang di bus yang memberitahu. Sampai di Bukit Bintang kami berpisah dengan aunty yang akan naik monorail ke Titiwangsa, lalu kami menuju ke hotel dan membeli KFC sebagai bekal makan malam di hotel. Setelah makan malam, kami mulai packing karena besok siang akan kembali ke tanah air.

(2 Februari 2014)
Setelah packing beres kami sarapan lalu check out dari hotel. Resepsionis berpesan kalo kembali ke KL jangan lupa nginap di sini kagi ya. Aku jawab, yes definitely!

Dari hotel kami berjalan ke stasiun Bukit Bintang untuk naik monorail ke KL Sentral. Setiba di KL Sentral kami naik bus Aero Bus berwarna kuning menuju LCCT yang ongkosnya RM 10 per orang. Aku kaget, kemarin dari LCCT ke KL Sentral cuma RM 8. Trus abangnya bilang, ya memang begitu kalo dari KL Sentral ke LCCT harganya RM 10, sambil memperlihatkan karcisnya.

Sampai di LCCT kami keliling-keliling dulu, makan di restoran Taste of Asia, kemudian check in. Saat akan boarding kami  menghadapi sedikit  masalah karena ternyata sekarang ada prosedur verifikasi dokumen, jadi untuk dapat boarding, boarding pass kita harus distempel dulu. Setelah kembali dari meja verifikasi, aku dan mommy sudah dibolehkan masuk tapi daddy masih belum diijinkan karena boarding passnya belum distempel. Aku menemani daddy kembali ke meja verifikasi dan petugas verifikasi mengatakan boarding pass ini tidak perlu stempel karena sudah lengkap. Aku bilang, my dad tidak diijinkan untuk boarding karena belum ada stempel dari sini. Namun si mbak-mbak tetap kekeuh nggak mau ngasih stempel. Kami balik lagi ke pintu boarding dan bilang ke petugasnya kalau petugas verifikasi bilang ini udah sah, kita barusan dari sana tetap nggak dikasih stempel. Petugas boarding lalu bilang "Okey..." dan  mempersilahkan kami masuk. Fiuuh...

Akhirnya... Usai sudah liburan 4 hari 3 malam kami di Kuala Lumpur, Malaysia, yang sangat berkesan bagi ortuku karena untuk pertama kalinya jalan-jalan ke luar negeri dan sangat berkesan bagiku karena pertama kalinya aku menjadi guide liburan ortuku. Alhamdulillah trip-nya berjalan lancar tanpa kekurangan suatu apapun dan penuh dengan pengalaman-pengalaman baru. Semoga kami terus diberi kesehatan dan bisa nabung yang banyak buat trip-trip berikutnya... Amieenn...

See you on our next trip:) :)

Monday, February 10, 2014

Malaysia Trip: Part 2

Continuation from here

(31 Januari 2014)
Sesuai rencana, hari ini kami akan mengunjungi Batu Caves, situs religi umat Hindu Tamil yang terletak di distrik Gombak, sekitar 13 kilometer utara Kuala Lumpur. Di sini terdapat patung Lord Murugan berwarna emas setinggi 42.7 meter yang tercatat sebagai patung Murugan tertinggi di dunia. Sesuai dengan namanya, Caves, di sini terdapat gua-gua situs religi Hindu yang dapat dicapai dengan manaiki 272 anak tangga.

Pagi jam 07.30 kami sarapan dulu di hotel dan SURPRISE!!!! Resepsionis hotel memberi kami angpao dan jeruk, diiringi ucapan Good Morning dan Happy New Year, karena hari itu bertepatan dengan Imlek atau Tahun Baru Cina. Bukan hanya satu, tapi kami dapat tiga angpao yang berisi uang RM 1 dan tiga jeruk sekaligus!!! Menyenangkan sekali rasanya!!


Sebelum berangkat kami ngobrol-ngobrol dengan staff hotel dan ternyata, ibu-ibu cleaning servicenya orang Indonesia, asli Semarang. Lalu aku meminta petunjuk untuk menuju Batu Cave berbekal peta rute monorail Kuala Lumpur yang tersedia di hotel (ternyata peta yang sangat berguna ini juga tersedia di banyak hotel-hotel lain). Untuk menuju Batu Cave dari Bukit Bintang, kami harus naik KL Monorail ke KL Sentral terlebih dahulu (jalur hijau), lalu dari KL Sentral naik KTM Commuter ke Batu Caves (jalur biru). Sebenarnya aku masih sedikit bingung, apa bedanya antara LRT, Monorail, dan Commuter di KL. Resepsionis hotel menjelaskan, kalau Monorail itu relnya terletak di atas level jalan raya (persis seperti Monorail Jakarta yang sekarang sedang dibangun) dan hanya melingkupi kota Kuala Lumpur, sedangkan LRT dan Commuter itu relnya berada di bawah tanah dan menghubungkan distrik di sekitar Kuala Lumpur yang berjarak tempuh lebih jauh.

belum afdol travelling ke KL kalo belum punya map ini dan naik  Monorailnya
Dengan perut kenyang dan hati senang, kami berangkat ke Stasiun Bukit Bintang, lalu membeli tiket untuk menuju KL Sentral. Setiba di KL Sentral kami kembali membeli tiket menuju Batu Caves dan menuju platform 3 yang sudah penuh dengan turis-turis asing, maklum hari itu hari Jum'at dan bertepatan dengan libur Imlek. Perjalanan dari KL Sentral menuju Batu Caves memakan waktu sekitar 40 menit, dan Batu Caves merupakan stasiun akhir dari jalur ini.

Sampai di Batu Caves kami disambut dengan patung Lord Murugan yang menjulang tinggi berwarna keemasan memantulkan cahaya matahari. Oh ya, untuk masuk ke komplek Batu Caves ini kita tidak dipungut biaya apapun lho, alias gratis. Pada waktu itu, selain bertepatan dengan libur Imlek, ternyata juga bertepatan dengan tarikh rangkaian festival Thaipusam umat Hindu Tamil, sehingga kami juga menyaksikan rombongan peziarah di kuil Batu Caves yang mayoritas wajah India Selatan yang ramai sekali. Kami foto-foto trus menaiki jenjang yang tinggi sampai ke dalam gua Batu Caves.



Nah, saat menaiki jenjang ini aku mengalami peristiwa tragis. Disela-sela ramainya pengujung yang ingin mencapai puncak tangga, ternyata banyak monyet-monyet yang berkeliaran bersuka-ria menanti makanan dari turis-turis yang baik hati. Sialnya, cewek bule di sebelahku membawa satu plastik besar roti, yang ia kibas-kibaskan untuk diberi kepada kawanan monyet-monyet tersebut. Tanpa aba-aba, seluruh monyet serentak berkejaran dari segala arah menuju si cewek untuk mendapatkan roti. Aku langsung menyadari tanda bahaya di dekatku, shit will happen on me!! Dan ternyata benar, beberapa ekor monyet melompat ke arahku, tapi syukur tidak kena. Tidak lama kemudian, seekor monyet betina yang menggantungkan anaknya di perutnya mendekatiku, terus nyengir, dan HAPPP!!! Ia mendarat di punggungku! AAAAAAAAAAAAAKKKKKKKK!!!!! Aku berteriak kencang sekali, hingga semua orang melihatku. Monyet itu lalu melompat lagi, dan meninggalkan bolongan bekas cengkraman kuku tajamnya di bajuku. AAARRRGGGHHH!!!!! TIDAAAKKK!!! Beberapa turis Asia melewatiku dan bertanya, are you OK?, namun ada juga yang tertawa-tawa.


Pelajaran moral: Kalau ke Batu Caves jangan berjalan di dekat orang yang membagi-bagikan makanan buat monyet.

me being photographer :) :)
me being photographed :( :(
Setelah sampai di gua Batu Caves, kami kembali menuruni jenjang dengan berhati-hati. Syukurlah saat turun tidak terlalu banyak monyet-monyet yang berkeliaran. Kami lalu berjalan ke Stasiun Batu Caves untuk menuju KL Sentral.

Tujuan kami berikutnya adalah Masjid Jamek yang berjarak 2 stasiun dari KL Sentral melalui jalur merah. Di sini pertama kali aku membeli tiket menggunakan mesin otomatis yang langsung mengeluarkan tiket berupa koin biru, tapi naas, aku salah memencet tombolnya, tujuan yang seharusnya adalah Masjid Jamek, namun yang kupencet adalah Pasar Seni. Setelah aku tanya ke petugas, Masjid Jamek bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari Pasar Seni, namun kami lebih memilih untuk mengunjungi Pasar Seni saja.

token untuk naik LRT dan KL Monorail 
Kami berjalan menyusuri Pasar Seni yang rapi dan menjual berbagai macam souvenir dan kerajinan tangan. Kami yang terus berjalan hingga perut terasa lapar akhirnya makan di food court di Pasar Seni, yang harganya sedikit lebih mahal. Setelah makan kami memutuskan untuk jalan ke Masjid Negara buat sholat Jum'at. Kami sempat diberi arahan oleh petugas, dari Stasiun Pasar Seni menuju Masjid Negara itu tidak jauh, tinggal melewati lorong pejalan kaki. Namun kami tidak kembali ke Stasiun Pasar Seni, melainkan keluar dari pintu ujung pasar sehingga mengitari jalan yang ternyata jauuuuh sekali untuk sampai di Masjid Negara. Ortuku sampai kecapean, ini masjidnya di mana, kok tidak ada tanda-tanda masjid di dekat sini, padahal waktu Jum'at sudah mepet. Setelah lebih kurang 30 menit berjalan mengikuti pria-pria berpeci dan berbaju koko, akhirnya kami sampai di Masjid Negara. Sementara daddy sholat Jum'at, aku dan mommy duduk-duduk di taman masjid yang ramai dengan pedagang makanan, minuman, kopiah, dlsb.



Selesai daddy sholat Jum'at dan kami sholat zuhur, kami mengunjungi aunty yang akan gabung jalan-jalan dan janji ketemuan di Stasiun Titiwangsa. Dari Masjid Negara, kami ambil teksi menuju Stasiun Masjid Jamek, kembali ke KL Sentral, lalu menuju Stasiun Titiwangsa. Kami rendezvous dengan aunty setelah sekitar 20 menit saling cari-carian, lalu istirahat di hotelnya, dan melanjutkan jalan sore ke Jalan Masjid India. Di sini, aunty mengajak kami ke supermarket Haniffa, one stop shopping centre yang menjual segala macan kebutuhan rumah tangga mulai dari makanan, pakaian, pecah belah, alat-alat elektronik, pokoknya mau cari apa aja kebutuhan rumah tangga di sini ada semua, nggak perlu ke tempat lain. Konon kabarnya, pemiliknya adalah orang India, karena itu banyak karyawan toko yang berwajah Indihe dan banyak menjual bahan makanan India. Kami memborong cokelat aneka rupa, susu Milo, teh tarik sachet, dan makanan-makanan kering Malaysia untuk oleh-oleh, sementara aku membeli bumbu garam masala.






hmm... apa sebaiknya aku nyari kerja di Malaysia aja yah...
Malamnya, kami pulang dengan  berjalan gontai, karena kaki sudah pegel serasa mau copot dari engselnya. Kami berpisah dengan aunty di Stasiun Bandaraya, aunty menuju Titiwangsa, sementara kami kembali menuju Bukit Bintang. Esok hari kami berjanji untuk jalan bareng lagi.

(to be continued)

Friday, February 7, 2014

Malaysia Trip: Part 1

(29 Januari 2014)
Yap, inilah hari keberangkatanku ke Kuala Lumpur, Malaysia, dengan pesawat Air Asia penerbangan paling akhir pukul 20:25 malam hari. Aku diantar oleh aunty ke Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, lalu melewati proses check in dan imigrasi dengan cepat karena sudah melakukan web check in di AirAsia.com dan sudah membawa boarding pass. Sampai di ruang tunggu aku masih membawa satu botol air minum namun petugas bandara  meminta botol air minum untuk dititipkan di mejanya karena tidak boleh dibawa ke dalam pesawat. Tidak lama kemudian penumpang dipanggil untuk memasuki pesawat dan terbanglah pesawat Air Asia membawaku ke ibukota negeri jiran dengan waktu 1 jam 45 menit.

Sesampainya di LCCT Kuala Lumpur aku segera mencari counter operator seluler untuk membeli kartu perdana Maxis. Auntyku yang berkuliah di Johor Baru, Malaysia, memintaku untuk membeli kartu Maxis selama di Malaysia karena katanya tarifnya yang terjangkau buat menelepon ke tanah air. Aku melihat-lihat ke semua counter tapi kok nggak ada yang bertuliskan Maxis. Yang aku temukan hanyalah counter DiGi yang berwarna kuning dan Hotlink yang berwarna merah. Lalu aku bertanya sama abang-abang berwajah Chinese di counter Hotlink, "Saya mau beli kartu Maxis."
Ia jawab, "Ok. Serahkan paspor" dengan logat melayu.

Aku balik tanya, "Hmmm... Ini Maxis atau bukan?"

Ia jawab singkat sambil menunjuk logo Maxis di atas tulisan Hotlink, "Iye"

Ups, ternyata aku ngga ngeh sama logo Maxis yang terletak di atas tulisan Hotlink itu, hehe..

Aku menyerahkan paspor lalu ia mengaktifkan SIM Card baruku dengan mengisi data-data di paspor.
Aku bertanya lagi, "Apa sih bedanya Maxis dengan DiGi.?
Lalu kali ini ia jawab dengan logat Melayu-Chinese, "Kalau Maxis tu macem Simpati, Telkomsel. Kalau DiGi tu macem Indosat...."
Aku meng-o panjang, "Ooooo... Begitu...".
Harga kartu SIM Maxis dengan pulsa RM 15 adalah RM 20 (kurs saat itu RM 1 = Rp 3660). Setelah menghidupkan HP aku mengabari my dad di tanah air dan menelepon hotel untuk memastikan konfirmasi booking hotel yang aku pesan di Agoda. Lalu aku berjalan menuju mushola wanita (yang signage-nya bertuliskan Surau) untuk beristirahat.

Surau (mushola) tempat aku menginap

(30 Januari 2014)
Pagi hari jam 5:00 aku sudah bangun dan mendapati mushola yang semakin penuh dengan orang-orang yang tidur. Waktu subuh di KL adalah jam 6:10, jadi aku menunggu waktu sholat sambil tidur-tiduran memperhatikan orang-orang keluar-masuk mushola.

Selesai sholat subuh aku mengunjungi terminal KLIA yang konon katanya bagus itu. Untuk menuju KLIA dari LCCT, aku menaiki bus Airport Liner berwarna putih-hijau yang terus berputar membawa penumpang berpindah terminal di KLIA dan LCCT. Aku meloncat ke dalam bus dengan semangat 45, hingga sang juru kemudi yang bapak-bapak India menagihku, "dua ringgit setengah", sambil menyerahkan bill dari mesin print otomatis. Buyar sudah harapanku dapat tumpangan gratis ke KLIA, hiks...

Sampai di KLIA aku berjalan menyusuri terminalnya yang memang megah dan lift-nya bagus, yang membuat LCCT jadi terasa padat dan sumpek jika dibandingkan dengan terminal KLIA ini. Aku lalu menuju tempat makan dan sarapan nasi goreng plus air mineral seharga RM 6,30. Setelah sarapan, aku kembali  menaiki bus Airport Liner untuk menuju LCCT dengan mobil, ongkos, dan pengemudi yang sama. Fiuh...

Sampai kembali di LCCT aku duduk-duduk sambil nonton acara tenis Australia Open di ruang kedatangan dalam negeri. Kemudian jam 10:30 aku berjalan menuju ruang tunggu kedatangan internasional untuk menyambut kedua ortuku yang terbang dari Padang dengan pesawat Air Asia jam 08:30 pagi. Setelah 15 menit menunggu akhirnya aku melihat ortuku berjalan menuju pintu kedatangan dengan wajah ceria. Kami lalu menuju halte Aero Bus yang akan membawa kami ke KL Sentral. Perjalanan dari LCCT ke KL Sentral memakan waktu sekitar 1 jam dengan ongkos RM 8 per orang. Disepanjang perjalanan kami melihat-lihat pemandangan pohon sawit dan gedung-gedung tinggi apartemen.

Sampai di KL Sentral kami turun dan akan melanjutkan perjalanan ke daerah Bukit Bintang. Aku melihat papan arah KL Monoral yang menuju ke arah luar tempat pemberhentian bus, namun aku juga melihat papan LRT yang menuju arah eskalator naik ke atas gedung tempat pemberhentian bus. Aku bingung, haruskah aku naik eskalator dan mengambil LRT, atau berjalan keluar menuju statsiun KL Monorail?

Aku tambah nervous dengan banyaknya orang naik dan turun eskalator dan tidak tampak petugas untuk bertanya. Yang ada hanya pengemudi teksi (di Malaysia taksi disebut teksi) yang siap menjaring penumpang. Untunglah ada seorang pemuda Chinese yang ramah menegur kami yang membawa tas besar-besar dan tampak kebingungan ini. Ia lalu memberitahu kami untuk menuju Bukit Bintang kami harus naik KL Monorail yang stasiunnya terletak di luar gedung ini, tinggal jalan keluar dan menyeberangi jalan raya lalu ikuti petunjuk arah yang tertera di lampu merah. Aku berterima kasih pada pemuda yang Bahasa Melayunya patah-patah beraksen Chinese ini, lalu kami berjalan menyeberangi jalan raya hingga sampai di stasiun KL Monorail.

Aku membeli tiket seharga RM 2,1 per-orang dan mendapatkan token biru berbentuk koin untuk melewati palang menuju platform. Jalur KL Monorail terletak di atas permukaan jalan raya, jadi menaikinya serasa naik roller coaster. Gerbongnya tidak panjang seperti KRL Commuter Line di Jakarta namun interiornya lega dan penumpangnya tidak padat dan berdesak-desakan. Karena membawa tas-tas besar, beberapa penumpang yang baik hati memberikan tempat duduknya pada kami. Dari dalam monorail kami bisa melihat pemandangan kota Kuala Lumpur yang tertata rapi dan bangunan-bangunan tingginya, termasuk Menara KL Tower dan Petronas Twin Tower.

Di dalam  KL Monorail
Setelah lebih kurang 15 menit perjalanan, kami sampai di stasiun Bukit Bintang. Dari sini, aku sejujurnya belum tahu jalan menuju hotel. Untunglah tepat di seberang pintu keluar stasiun Bukit Bintang ada pos polis (di Malaysia polisi disebut polis) yang sedang ramai dengan polis-polis yang *ehemm...* cakep-cakep (beneran cakep lho, ada yang berwajah Melayu, India, dan China). Aku menunjukkan alamat hotel, yaitu di Jalan Berangan off Jalan Changkat, dan seorang polis berwajah Melayu yang ramah dan penuh senyum memberi arahan. Kami mengucapkan terima kasih dan dibalas ramah oleh semua polis. Pokoknya kesan pertama ini menyenangkan deh!

Kami berjalan  mengikuti arahan polis tadi dan sesekali bertanya kepada penjaga kios souvenir di sepanjang jalan. Tidak lama kami sampai di Jalan Alor, pusatnya jajanan di malam hari di kawasan Bukit Bintang, namun kami terus berjalan hingga sampai di V'La Heritage Hotel. Kami disambut Simma, resepsionis asal India yang ramah, yang memberi kami kunci hotel yang berbentuk kartu. Kami beristirahat sebentar di kamar yang nyaman ini, bersih-bersih, lalu mulai mengeksplor Kuala Lumpur. Sebelum jalan, kami makan dulu di restoran Nasi Kandar yang buka 24 jam yang terletak di dekat hotel.


Tempat pertama yang kami kunjugi hari itu adalah Mall Pavilion yang bisa ditempuh berjalan kaki dari Bukit Bintang. Oh iya, karena hari itu adalah satu hari sebelum Imlek, dekorasi mall dipenuhi dengan lampion, pohon angpao, kembang api, ornamen merah-merah, dan patung kuda menandakan datangnya tahun kuda.





Menurut hasil browsing di internet, ada sebuah jembatan yang menghubungkan Mall Pavilion dengan KLCC, tapi kok di Pavilion ini aku nggak melihat tanda-tanda adanya jembatan. Setelah tanya-tanya ke beberapa petugas, akhirnya aku menemukannya, letaknya ada di level 3. Awalnya aku pikir jembatannya lurus aja, tapi ternyata.... panjaaaang sekali dan berkelok-kelok. Kita bisa turun di beberapa tempat yang sudah ditentukan, jadi tidak hanya di ujung Pavilion dan KLCC saja.






Sampailah di KLCC. Foto dulu di depan Aquaria (foto aja, tapi nggak masuk, hehehe...)


Kami terus berjalan... hingga terdampar di sebuah taman dan menemukan Petronas Twin Tower dari kejauhan.


Kami duduk sebentar untuk mengistirahatkan kaki yang sudah pegel... Lalu terus berjalan ke arah menara dan sampailah di depan Mall Suria KLCC.


Terus duduk-duduk lagi dan dan foto di depan air mancur. Saat itu taman air mancur ini rameee sekali oleh pengunjung. Mungkin karena mendekati libur long weekend yang bertepatan dengan Imlek kali ya...



Kami berjalan keluar dari mall Suria KLCC dengan pintu berbeda, lalu sampailah di jalan raya. Dari kejauhan yang jauuh sekali di persimpangan lampu merah dekat pos polisi, aku melihat segerombolan turis berfoto aneka gaya dengan Twin Tower di belakangnya. Aku langsung berpikir, wah pasti ini spot yang bagus buat foto nih! Aku mengajak ortu untuk jalan ke persimpangan jalan itu buat foto-foto, tapi mereka udah pegel. Aku terus bujuk, "ayolah... kita belum dapet foto yang bagus dengan background Twin Tower". Akhirnya mereka setuju lalu kami berjalan pelan sekali ke persimpangan lampu merah itu. Daann... Ini hasilnya...



Kembali ke hotel, kami menaiki Bus GO KL yang gratis ini. Turun di Pavilion, lalu berjalan menuju hotel di Bukit Bintang. Malam harinya kami makan di restoran India, memesan menu nasi goreng kampung, roti chanai, lengkap dengan teh tarik. Sambil makan aku nonton sinetron Malaysia yang baru mulai dan ternyata... soundtracknya lagu Afghan! Trus waktu itu ada adegan si perempuan nangis dan aku kembali kaget mendengar lagu pengiringnya... "lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia..."


(To be continued)

Tuesday, January 28, 2014

Getting Ready For Malaysia Trip

Yo yo yo!! Wassap brow??! Hope your day is running well and now I am gonna post with Bahasa Indonesia.

Memasuki tanggal 28 Januari berarti semakin dekat dengan tanggal perjalananku trip bersama ortu 4 hari 3 malam ke Malaysie. Sesuai dengan schedule, aku akan berangkat hari Rabu malam tanggal 29 Jan, bermalam satu malam di LCC Terminal KL, kemudian ortuku menyusul keesokan paginya tanggal 30 Jan dan kita cuss menuju kota Kuala Lumpur.

Pada awalnya aku berencana untuk sekalian mengunjungi Singapura, namun setelah melakukan banyak searching, menghitung durasi trip yang relatif singkat plus berbarengan dengan peak season libur Imlek, dan juga nggak mau bikin ortu lelah naik-turun bus dan kereta menggeret koper kesana-kemari, akhirnya diputuskan saja untuk trip kali ini bertema Malaysia Trip.

Why do I take my parents coming along for this trip?
Karena kedua ortuku tercinta memang belum pernah travel overseas. Jadi suatu hari di bulan April 2013 Air Asia buka promo free seat untuk travel di tahun 2014. Aku yang masih membawa sisa-sisa semangat dari India Trip waktu itu, tiba-tiba mendapat wangsit untuk membookingkan tiket buat ortu traveling ke Malaysia. Hap hap hap, kurang dari tiga hari akhirnya aku dapat tanggal yang pas, yaitu di akhir Januari 2014 bertepatan dengan libur Imlek dan long weekend. Tanpa pikir panjang dan dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, aku bookinglah dua tiket buat ortuku tersayang.

Tau nggak, my dad itu sering sekali bercerita tentang seorang temannya yang berprofesi sebagai seorang tour guide ke negara-negara Asia Tenggara spt Singapura, Malaysia, and Thailand. Dan beliau juga suka cerita kalo waktu muda dulu sering bepergian ke sini, ke sana, ke mari, untuk keperluan dagangnya, tapi sayang sekali belum pernah sekalipun ke luar negeri karena tak ada urusan dan sanak keluarga yang akan dikunjungi. Untuk traveling di dalam negeri saja, paling jauh itu ke Bandung. Ke tempat-tempat populer seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Bali juga belum pernah (next time I will plan to take him to Yogya ah..).

Oh iya, beliau adalah seorang pedagang yang berniaga alat-alat tulis. He is a melancholic family man, never get angry but always has an emotional feeling to his children, esp to his 2 daughters. Every time my dad talking about his tour guide friend, I can see in his eyes that he has the same desire to travel overseas, tapi sayang kesempatan masih belum datang menyapanya. So I guess this is the time. Thanks Air Asia to make this (travel cheap to overseas) possible!!

What about me myself?
Aku sendiri waktu itu belum booking tiket, karena masih belum yakin bakal bisa menemani ortu karena pada saat itu (April 2013) yang ada di pikiran adalah: Januari 2014 nanti aku sudah bekerja, bakal sulit minta ijinnya, dsb, dst...

Namun skenario Allah berkata lain, alhamdulillah status pekerjaanku sampai saat ini masih belum jelas, sehingga akhir Desember 2013 kemarin aku bisa membooking tiket buat diriku sendiri tanpa khawatir untuk minta ijin dari pekerjaan (sebenarnya khawatir juga sih, karena masih jobless, hehehe...).

Soo there it goes. Selama 4 hari 3 malam di negeri  jiran nanti, kami berencana untuk mengunjungi:
- Day 1: Pasar-pasar dan Mall di sekitaran Bukit Bintang
- Day 2: Batu Cave, Masjid Jamek
- Day 3: Skybridge Petronas Twin Tower

Nggak banyak sih memang, mengingat kali ini membawa ortu jadi harus di-schedule senyaman mungkin supaya ortu tetap senang dan nggak gempor.

Oke dech sekian dulu. Wish us luck for our trip!!!

Btw, sambil ngeposting, aku menemukan idolaku 'menuju puncak, gemilang cahaya' masa SMP dulu. Setelah 10 tahun berlalu ternyata dia tampak tak berubah... Tapi kok aku cekikikan geli sendiri menontonnya... Hehehe...

Friday, January 24, 2014

This Is Too Touchy To Be True!!!

A little baby cries when her mom singing a sad, emotional song! Ooo My Gawd!!! How can a little baby develop such an emotional sense?!!

The mommy's voice is soo beautiful!! I also tear up watching this :'(


Thursday, January 23, 2014

Easy Tasty Homemade Fries

If I may choose what kind of specific theme I would like to turn my blog into, I probably would consider for a food blog. So, today I am gonna share the recipe about how to cook easy and tasty homemade fries, or also known as french fries. The key point to make a crunchy, Mc Donald-style of french fries is to blanch the potato into boiling water before frying it.



Here is the recipe:
- 2 big size of potatoes
- 1 pcs chicken sausage
- cooking oil
- water
- salt and pepper
- chilli sauce

How to make:
- Peel of the potato skin, cut into french fries pieces
- Boil + 200 ml of water, simmer the potato into the boiled water for + 2 minutes
- Strain the potato with the strainer, let it dry and cool down a bit
- Heat the cooking oil, set the flame to medium-high
- Deep fry the potato's pieces into the hot oil the until golden-yellow in color
- Lift the fries from the pan, place in the iron strainer to release excess oil
- Put the warm fries into the bowl based with kitchen tissue, sprinkle with salt and pepper
- Shake the bowl until all part of fries seasoned with salt and pepper
- Serve on the plate while it's warm, completed with fried sausage and chilli sauce
- Enjoy your yummy and tasty homemade fries

Tips:
- Deep fry the potato with hot oil. Frying the potato with less hot oil may cause the potato to absorb too much oil
- Garlic or chilli powder can also be added for the seasoning

Tuesday, January 21, 2014

Playback Singer

I love Bollywood movie Rab Ne Bana Di Jodi. The first time I watched it was on TV, just from the middle part. Realizing that the setting was in Amritsar, I was like O My Gawd!!!! I've been there!!!

Not long after, I bought a DVD of Bollywood movie collection then watched Rab Ne Bana Di Jodi from the beginning and... it really swung my emotion up and down like a roller coaster, bringing up laugh and tears successively. What a hilarious movie it is!

And also... never talk about Bollywood movie without its song. But as usual, it was not the actors that sing, they just act like singing and dancing while songs are mostly sung by the playback singer.

As I love every single song in Rab Ne Bana Di Jodi, I download it and tried to find it on youtube. And guess... I found the playback singer of my favorite song Tujh Mein Rab Dikta Hai, Shreya Ghoshal. Her voice is soooo awesome!


Saturday, January 18, 2014

Today...

I cooked tomato omelette for breakfast which was very very aaawesommmeee... I have no idea what to cook with my leftover onions and tomato, so I chopped them all, sauteed in the pan, meanwhile it's been sauteed I beat 1 egg, added pinch of salt, I put the sauteed onion and tomato into the beaten egg, then I put them back to the pan and there it was my omelette. Did I take a picture of it? Nope. I was just too hungry and not really much into taking picture of meals before eating (but sometime I do love to, hehehe...). And also, the omelette is best eaten while it's hot, so I didn't want to have cold omelette for breakfast.

It's been rain here for the past 1 week and no chance of getting the perfect dry clothes, so today I was so busy moving my clothing hanger here and there, avoiding windy raindrops. Thanks God the rain became slower in the afternoon so that I decided to go to grocery to buy detergent, pads, shampoo, eggs, and noodles. I got a new plate for purchasing the detergent btw, hihihi...

And... What else... I dunno... Sometimes I am just overthink about this and that... Ended up having no words to explain.

That's pretty much all. I am now getting ready to take my parents traveling to Malaysia at the end of this month. Wish me luck!!

Wednesday, January 15, 2014

You Know What...

I eat meat very rarely, approximately like once in 2 week. Not because I can't afford to buy or cook it, I just don't really like it. But once I eat meat, it is mostly either chicken or fish. So lately, I have been eating chicken almost every day, especially when I stayed at aunty's house on the past 2 days. Since those days, I can clearly observe that my body doesn't feel really good: like my temperature is getting high, my mouth often feels acid, I get unpleasant body odor (BO), and the worst is... my pee smells like chicken. Really. I don't know what's going on, but I guess my body doesn't really match with meat anymore. I remember one day, I read a book about a blood type-diet suggesting that the A blood type, which is me, is better to be vegetarian. So I guess... that book is somewhat true.

Sunday, January 12, 2014

Cooking The Chapati

After being stuck for so long in searching the ingredients to cook chapati, finally, last week, I have successfully cooked it along with the vegetable curry. The special ingredients I got are: whole wheat flour and instant curry paste.

Whole wheat flour (known as Atta flour)
I had searched for the whole wheat flour in supermarkets from the last 2 month but sadly I couldn't find any. I finally found it at the Indian mini market in Pasar Baru, Jakarta. The unique things is, this is a Bogasari brand (which is Indonesian product) but they put Taj Mahal picture on its packaging, completed with the Poori recipe on the back cover. The 1 kg package was sold for Rp 14,500, and Rp 28,000 for 2 kg package. The flour smells really like the Quaker Oats, the color is a bit brownish, and the particle is rough coz it also consists of sprinkles of wheat.

Thai Curry Paste
I had never put attention to the instant seasoning every time I go to supermarket before I hunted for the instant curry paste to accompany my chapati cooking. In Hypermart and Giant supermarket, it's the Thailand curry pastes that are mostly available, with various flavors and brands. I choose to try Mae Ploy Red Curry Paste that costed Rp 10,500 but... the smell was strongly like terasi (just as mentioned in the package that it contains crustacea) and the taste was not as I expected. Actually, I had also found one Indian curry paste and Japanese curry bricks, but their prices are just too high.

Ok then, let's move on to the recipe:

Chapati

Ingredients:
- 1 cup whole wheat flour (in market known as Atta flour)
- 3/4 cup of water
- a pinch of salt
- little drop of cooking oil

How to make:
- Put the flour in a large bowl, sprinkle with salt, mix gently
- Create the hole in the middle of flour, add water gradually, mix until become a soft dough
- Sprinkle the dough with more flour if it's still a bit sticky
- Add some drop of cooking oil, continue mixing the dough until the perfect softness
- Rest the dough for 15 minutes
- Now its time for burning: pre-heat your skillet or non-sticky teflon
- Form the dough into + 20 cm log shape, divide into 4 smaller pieces
- Rounded the pieces into ball shape
- Take 1 ball, sprinkle with flour, evenly flatten with rolling pin until + 3 mm thick (use your feelings, not too thin, not too thick)
- Put the flatten dough on the hot teflon, set the flame to medium-high 
- The small bubbles will appear within 30 seconds, turn the chapati to the other side as the bubbles appear
- With the cotton napkin or the frying spoon, press and rotate the chapati to evenly distribute the heat to every side 
- The bigger bubble may also appear, this is the indication of a smooth chapati
- Turn the chapati one more time if needed, then put in the plate
- Apply some rub of butter to the hot chapati *optional

Tips: 
- Knead the dough until it's really soft, a little bit of sticky is fine
- Make sure to flatten the dough evenly, not too thin or not too thick
- Make sure the teflon or skillet is really hot before burning the chapati, the less hot teflon may result the less soft chapati

Vegetable Curry

Ingredients:
- 2 medium size potatoes, cut each potato into 8 pieces 
- 1 medium size of carrot, cut into dice pieces
- 1/2 cups of green pea, or can be replaced with leunca
- 2 pieces of tomato, chopped
- 1/2 pieces of onion, cut into fine pieces
- 1 piece of garlic, chopped
- half pack of curry paste
- 200 ml of water
- 2 tbsp cooking oil
- salt and pepper

How to make:
- Heat the cooking oil, saute the onion and garlic
- Add in the potatoes and carrots, stir well for 1 mint
- Add in the water, green peas and chopped tomatoes, simmer in medium flame for 3 mint
- Add the curry paste, salt and pepper until desired taste, simmer again with low flame until the water reduced and become thick gravy 

Tips:
- Add salt and pepper just after adding the curry paste to avoid over salt
- Select the appropriate taste of curry paste that suits your curry

Happy cooking!

Thursday, January 9, 2014

Indonesian People & Money


Just found this Chinese man speaking the truth about what's Indonesian people doing with their money...


"Indonesian people prefer to spend their money on shop..."

Somewhat true... Yes. It's very true.

Sunday, January 5, 2014

Mirror

What's the use of mirror? To give reflection of course, so that we can see if there's something wrong in our face, outfit, etc. In my opinion, the need of mirror in the woman's room is a must. Not only to give correction at the face but also to get the reflection of whole body from head to toe. I am not talking about aesthetic thingy--coz it's very clear what's the function of the mirror for woman's beauty--instead, I am talking about the health and body image awareness.

The first time when a woman notice that her body gets fat is--I am 100 percent sure--when she sees her reflection on the mirror. How can she gets to notice that if she only has the small 15cmx20cm mirror in her room?  How can she maintain her body shape without the help of mirror? To be more advance, how can a woman recognizes every inches of her body if the big mirror is not there? So my dear, it's a must for you to have, at least, a long mirror that reach your middle part of body to intensively maintain your shape and health. I personally suggest you my dear, once a while-or frequently if possible, get undressed and stand in front of your mirror and observe your body thoroughly. If there's some annoying fat on the tummy that can be pinched for more than 4 cms, start taking real actions to burn them: such as doing exercise and revising your diet. Trust me, being healthy and having a good feeling of your body shape at the same time are precious. So, always maintain them at your best level.

Oh ya, one more. Once a while, take your mirror in front of your face while you are eating. From that, you can see how your eating expression and the way you chew your food. I myself had never really done that until one day my friend told me that I was chewing food with front teeth. So one day, took my mirror to really see how it looked. And yes, he's right. I did chewing food with front teeth, which may not seem pleasant to some people. So yeah, I am a bit changing my chewing style now. Thanks mirror!

Wednesday, January 1, 2014

Welcoming 2014

Hello Blogger. It's been looooong time I am not blogging and please point all the blame to...... my Google Chrome (GC)! GC has been my default browser for quite long time and I loved it so much. But lately, I don't know what happened, every time I open blogger and try to look on statistic and write a new post, the page is always broken. I guess its because of the annoying ad. I just left it for some days but when I tried back it always showed the same blank page. Ouch!!! So from the past 3 weeks I have been using Mozilla Firefox to log on blogger but as it's my secondary browser and I feel much more default to GC, it resulted the lack of my blogging activities. So my dear readers, if you know what is going on to GC or if this case is also familiar to you, please share with me how to fix my GC :)

Soooo, as today is already the first day of 2014, I wish you all a Happy New Year!!!! May everything in life goes toward a better way and we can successfully achieve our goals. And don't forget to stay positive, positive, positive. Always!!!

What about resolution?

Hhmmm... I am  not very sure that I have any... But two things that are sure: I wish for a nice and settled job in very soon and a smooth traveling time with my parents (as I already arranged a travel plan with my parents to Malaysia and Singapore).

Soooo what's been going on in life.....??? Ok, to make it simple let me list it below
  1. On 9 Dec 2013 I was (forcefully) flying back to hometown to enroll an exam for a job at Indonesian Health Insurance. I was soo in tension for this because at the beginning of the form submission, I was asked by my parents to submit my form in hometown. This selection will be held in a long gradual stages and to make it efficient and less complicated, I just wanted to submit it here in nearby office. But they insisted me to post it to hometown with the reason that the chance in hometown was way bigger. As always, I was so helpless to refuse my parents command so that I couldn't bargain anymore. I flew to hometown at 9-Dec evening, attended the exam on 10-Dec morning, and flew back to Jakarta on 11-Dec early morning to keep my promise to a kind lady coz I was hired to assist a research in her hospital.
  2. How's the hometown-exam's result? I passed. But it required me to go back to hometown for the second exam on 22-Dec.
  3. And... I got a good-breaking news to make it more like a drama, hahaha... I also passed the first stage of government exam and I should go for the final exam on 21 Dec. I told this to Mom and she (as always) insisted me to keep going for the hometown's exam. Then I convinced here that it would be a wasting time, energy, and money (as the airplane ticket on holiday season's sucks!!). How come I run here and there wasting everything for that hometown exam? Haven't I told every one that I initially wanted to submit my form to the nearby office so that it would be more simple and efficient? So there it was. Mom seemed to get the point of my argument and she finally said, do your best on 21 Dec-exam.
  4. I did the exam for government job on 21-Dec in my campus. It was a psychological test, following by the interviewed on 23-Dec. And guess who was interviewing me?? My ex-boss at the campus library! FYI, I was working as freelance in my campus library for 1 year and 2 month and she was my boss. Soo... that interviews went little awkward and less formal. She asked me, why did you apply for this post? Don't you know that by working here, you'll not earn much. Don't you think of being lecturer instead of being a lab assistant?
That's pretty much all. Now I am feeling so content for all God's blessing for me, with all surprising rizki that He showers on me. Now I am still waiting for the announcement for that government job that is planned to be announced on the first or second week of January. No matter how the result will be, that will surely be the best for me. If I got accepted then I am ready to be a civil servant but if I didn't accepted, I am ready to seek for another jobs then :)

Happy New Year 2014!!!!